Burung Kolibri dan Melon Zimbabwe
'
Ilustrasi parodi dari poster film“Parasite”
Konon, burung ini bisa mengepakkan sayap 12 sampai 80 kali perdetik. Kolibri memang didesain untuk menghisap nektar dengan paruhnya yang panjang. Tapi burung ini nggak sekadar makan. Sejumlah serbuk sari akan terbawa dan kemudian menempel di bunga lain.
Kolibri membantu reproduksi bunga lain.
Film “The Hummingbird Project” (2018) yang disutradarai Kim Nguyen bercerita tentang ambisi 2 bersaudara, Vincent dan Anton Zaleski mewujudkan perniagaan digital, berkecepatan 16 milidetik antara New York dan Chicago. Lebih cepat 1 milidetik dari sistem yang sudah ada.
“Siapa cepat, dia dapat,” begitu kira-kira.
Untuk mewujudkannya, pengeboran ekstren kabel digital dilakukan. Mulai dari menggali terowongan berjalur lurus, melintasi sungai, danau, rawa, dan gunung. Vincent sebagai pemimpin projek dan Anton sebagai ahli IT- nya.
Ternyata projek ini tak semudah itu, Fulgoso! Ada momen ketika Anton bercerita kepada pelayan di sebuah cafe, betapa hebat rasanya berdagang dengan cepat. “Kita bisa menjual saham pabrik melon di Zimbabwe kepada pembeli di New York,” katanya. Pelayan restoran bertanya “Apa yang terjadi dengan para petani melon itu? Apakah mereka menikmati hasil dari perniagaan super cepat tadi?”
Jawabannya terjadi di akhir film. Berupa adegan Vincent dan Anton ngobrol di lumbung komunitas Amish yang mereka singgahi. Komunitas Amish terkenal dengan filosofi hidup “selow” dengan istilah “Gelassenheit” atau dalam bahasa Jawa artinya “ojo kesusu, ojo kagetan”. Amish mengutamakan kesejahteraan kolektif yang berbeda dengan projek Kolibri.
Saham sendiri merupakan salah satu cara mendanai perusahaan. Seseorang dapat membeli saham sebagai bukti penyertaan modal. Pemegang saham dapat mengklaim kepemilikan perusahaan dan mendapat keuntungan. Masalah akan terjadi bila dalam perdagangan super cepat itu ada broker saham yang oportunis: menjual saham yang kadaluarsa, perusahaan fiktif atau mencatut perusahaan di Zimbabwe tadi, kepada para investor.
Begitulah. Yang terjadi berlaku ungkapan “ketika algoritma saham tidak nyambung sama petani melon di Zimbabwe, karena nggak relevan,”
Iya, memang nggak nyambung. Karena proyek “Hummingbird” kedua bersaudara ini hanya memenuhi hasrat menghisap nektar buat mereka pribadi. Percepatan ekonomi yang tak diimbangi percepatan pemahaman kesejahteraan sosial tang adil dan merata. Tapi tidak membawa serta serbuk sari yang bisa bermanfaat buat makhluk lain.
Ahad, 01 November 2020
#mugibagja #sketsa #ilustrasi #graphicrecording #graphicrecorder #hummingbirdproject #graphicrecorderindonesia
Komentar
Posting Komentar