Bandung 1994-2000: Pertunjukan Musik dan Posternya.
Ada kata “nikreuh” dalam Bahasa Sunda. Kurang lebih artinya “memaksakan berjalan kaki untuk mencapai tujuan”. Kesannya heroik. Tapi ngga begitu buat tulisan ini. Jalan kaki yang dimaksud adalah kebiasaan sebagian remaja Bandung waktu itu. Penulis mengalaminya pada tahun 1994-2000. Rutenya mulai dari jalan Braga, Dago, sampai GOR Saparua. Tujuannya buat nonton pertunjukan musik di GOR itu, lalu pulang sambil numpang baca buku di Gramedia, nongkrong atau sekadar jalan-jalan.
Selera musik boleh bermacam-macam tapi teknik sebar-luas posternya standar: fotokopi! Maklum belum banyak orang yang menguasai “software” grafis dimasa itu. Setelah difotokopi biasanya ditempel di tempat ini: sepanjang tembok pertokoan jalan Braga, toko Aquarius Dago, Toko Dago 34, tiang listrik taman Flexi Dago, pepohonan sepanjang jalan Dago dan jalan Saparua. Pembacanya tentu saja para remaja pejalan kaki. Tempel menempel poster menjadi meriah karena harus berbagi tempat dengan acara musik di beberapa SMA di kota Bandung. Desainnya khas: tulisan nama acara atau grup, kebanyakan gambar manual, ditambahi bumbu “artwork” dengan media spidol, stensil, atau yang agak niat dengan memakai perangkat lunak jadul (Corel versi 3 atau 4). Kadang ada tambahan foto para personil (yang sepertinya ditempel di kertas HVS) kemudian difotokopi.
Sebelum masa internet, “update” terbaru tentang musik dan desain bisa didapat, salah satunya, di toko buku QB di jalan Riau. Toko ini tergolong “wah” karena majalah musik impornya cukup mahal buat ukuran waktu itu. Beberapa tempat alternatif, misalnya “Harder” di Cihampelas, Beruntung di akhir tahun 90-an ada majalah indie Bandung “Trolley” yang jadi rujukan berita music, desain, dan grup kesukaan. Lebih canggih!
.
#graphicrecorder #graphicrecording #GraphicRecording #GraphicRecorder #illustration #ilustrasi #drawing #livedrawing #mugibagja #graphicrecorderasia #graphicrecorderindonesia #visualstorytelling #sketsa #livesketching
Komentar
Posting Komentar