Cuma Ada Satu Mbilanggo Disini


Seekor Kasuari kabur dari tangkapan Irfan. Kesal, tapi bikin penasaran. Sementara Clara bersiap mencari kayu Rahai, buat kayu bakar. Sedangkan Julianus bersiap memanen kayu dari pohon tinggi itu: Akasia yang berharga. Semua terjadi di Kampung Muting, Merauke. Tepatnya di sekitar rawa Mbilanggo dekat hulu sungai Senggayas. Segenap klan Mahuze, marganya Clara, Irfan, dan Julianus, bekerja keras demi kelangsungan “barang antik” ini. Yang dimaksud adalah rawa Mbilanggo. Antik, karena pengin terus dipakai tapi ekosistemnya rapuh. 
Hal ini karena 300 meter darisitu, ada pagar kebun sawit kepunyaan sebuah PT. Adegan meminum air sungai dengan segarnya perlahan sirna sejak 2015. Jernih air berbagi sifat dengan dengan limbah sawit yang bikin keruh. 
Untung masih ada "keluarga" Arwana. Lumayan harganya. Sekitar Rp. 25.000/ekor. Belum lagi pasir sungai yang bisa dijual seharga 1.5 juta/rit. Produk kebun adalah hasil kolaborasi dengan para transmigran. Tak heran ada jengkol dan petai disana. Tak lupa, babi hutan menjadi asupan protein dan lemak yang penting. Satu lagi, yang menonjol, adalah pohon Akasia dan Kayuputih Papua yang sangat berharga. 
Semua ngumpul, beraneka ragam di satu Kawasan: Rawa Mbilanggo. 
Pertanyaannya, kalau rawa sudah tak ada, siapa yang mau ganti?  
.
Januari 2021 

#graphicrecorder #graphicrecording #digitalgraphicrecording #digitalgraphicrecorder #illustration #ilustrasi #drawing #livedrawing #rukungambar #mentoringgambar #artclass #artschool #mugibagja #agahtheagah #graphicrecorderindonesia #graphicrecorderasia #papua 


 

Komentar

Most Popular