Dokumentasi Adalah Cerita Bersambung

Foto diri dalam kurun 1987-2009


Bapak. Djakarta 1965

Kali ini saya belajar hal baru: Mengumpulkan foto lama keluarga. Pertama foto disortir dari kondisi yang afkir sampai yang masih baik. Lalu yang baik dikumpulkan di wadah plastik. Terus ditutup. Tarikh di belakang lembaran foto bermacam-macam. Mulai dari tahun 1936 sampai 1965. Kebanyakan foto Bapak. Lama-lama jadi takjub sendiri, betapa melihat foto lama seperti melihat adegan film. Ada serangkaian kejadian masa lalu.
.
Dokumentasi (foto) bukan sekadar fakta.  Di dalam foto ada orang, lokasi, benda, pakaian, kalau beruntung ada keterangan waktu. Semua itu menjelaskan apa yang pernah terjadi. Sebuah cerita. Semua diserahkan ke diri kita sendiri untuk membuat interpretasi. Kira-kira semacam ini: "Ternyata ada bangunan bernama Wisma Warta yang sekarang jadi Plaza Indonesia," (Foto Bapak diatas). Dugaan menjadi berkembang membayangkan adegan para wartawan tahun 60-an yang berkegiatan disana, seperti apa bangunannya, apa warna temboknya, gosip apa yang sedang beredar, bahkan sampai membayangkan aroma rokok yang dihisap pada masa itu. 

Jejeran foto lama menjadi cerita yang disambung-sambungkan dengan interpretasi diri sendiri. Mencoba paham masa itu. Tidak mengalami langsung, tapi jadi hal mengasyikkan. Daripada melihat foto hanya sebagai jejeran fakta yang harus dihapal. 

26 Juli 2022

#mugibagja #vintage #graphicrecording #graphicrecorder #graphicrecorderindonesia #graphicrecorderasia #agahtheagah 


 

Komentar

Most Popular