Tidak Ada Musik Salah. Yang Ada Hanya Kurang Bacaan.

 



Bandung adalah kota yang seru. Warganya suka basa-basi, kadang terlihat gahar padahal lembut. Bertampang preman tapi ramah. Soal basa-basi terekam dalam percakapan sehari-hari. Seperti ini barangkali : "Hey, mau kemana?" Jawabannya adalah "...Biasa!". 
Kata biasa disini menjadi hal yang "biasa". 
.
Buat pendatang, terutama anak muda, kalau datang ke Bandung pasti merasakan udara sejuk. Tapi macet. Apalagi kalau akhir pekan. Namun lagi-lagi warga Bandung punya ungkapan untuk situasi itu ".....itu mah biasa!" 
.
Kata "biasa" disini sering diucapkan dan maknanya jadi luas. "Biasa" terus disampaikan kepada pendatang melalui percakapan, tulisan, atau buku-buku. Pesannya, kalau di Bandung kedinginan, itu "dari dulu biasa". Kalau kamu mendengar knalpot bising, itu "biasa...anakmuda". Nah, kalau kamu salah mendengar musik ....... baru "luar biasa". 
.
Memilih musik adalah ilmu tersendiri. Bukan hanya sekadar mendengarkan tapi juga jadi bekal laku keseharian. Apalagi kalau liriknya bermakna dan bisa jadi bahan perenungan. Kalau musiknya terlalu berat agak sungkan kalau mendengarkan di angkot atau taksi online. kalau terlalu ringan juga nanti kesannya seperti permen karet, enak sedikit terus dibuang. 
.
Bisa jadi cara memilih musik seperti ini. Pentingnya kesan pertama. Bahasa inggris yang mendekati barangkali adalah "wick" atau "sumbu". Apa yang menjadi sumbu sehingga musik itu bisa nempel di perasaan dan otak kita? proses "wicking" ini bisa didapat dari pengalaman mendengar musik, spontan, sekilas di sembarang tempat atau lewat.....membaca!
.
Nah, https://highvoltamedia.com/ ini bisa jadi salah satu alat sumbu dalam memilih musik. Mulai dari judul, isi, sampai visual yang bermakna, ibarat kain polyester yang menarik kelembapan kulit sehingga tubuh kita tetap merasa kering dan hangat karena tulisan musiknya.  
.
Setelah proses "wicking" ada proses peng-alam-an. Bahasa Inggris yang mendekati barangkali "having". 
Itulah sebabnya para Bapack-bapack Hansip tahun 80-an sangat sayang dengan lagu "begadang" Bang Haji Rhoma. Karena "guee bangeuuud". Semesta masakini (tanpa Hansip!) adalah semesta banjir informasi. Para pemuda berusaha menemukan dirinya di labirin kata, nada, warta, dan rupa. jadinya bingung: "Musik yang bagus yang kayak gimana?" 
.
Pertanyaanya harusnya begini "Musik yang baik itu gimana?". Karena bagus dan baik itu beda. Bagus itu "elok" saja. Baik itu lebih ke "cocok" dengan jatidirimu (dari KBBI). Jleb!
.
Dengan musik yang cocok, kita bisa menjalani kehidupan yang optimal: bercocok tanam, pekerja kantoran, mahasiswa, seniman, desainer, antropolog, influencer, atau apapun. Musik menjadi latarnya. Dengan musik itu kita menjadi sadar bahwa kita adalah seseorang. Dari cocok menjadi sadar. Dari sadar menjadi mikir. Dari mikir akhirnya keluar pertanyaan: 
"Apa manfaat saya buat orang lain?"
.
Jreeeeeng!
.
Bandung 07 Juli 2022
Wilujeng! Viva High Volta. 

#mugibagja #musik 

Komentar

Most Popular