Tabung Wakaf & Kuntowijoyo : Tahan pokoknya, Alirkan Hasilnya. A Graphic Record

Husen yang Selalu semangat

As-Sa’adah. Kurang lebih berarti “ketenangan” 



Kak Dini dari Tim Wakaf Dompet Dhuafa






“Greenhouse” kolaborasi dengan warga 

Ustadz Rahmat. Asli Jawa Timur



Pemuda Depokk. Semangat juga 

Sementara belajar disini dulu

Kolaborator dari pihak warga

Brader Fajar

Di dalam “greenhouse” ada hasil

Sumber ilmu

Sang menara 





Sehabis mendengar rangkuman novel karya Pak Kuntowijoyo “Kereta yang Berangkat Pagi Hari” di sini. Jadi teringat novel Pak Kunto yang lain, “Mantra Pejinak Ular”.
Iya, “Pejinak”. 
Saya tahu Pak Kuntowijoyo dari pelajaran Sosiologi di SMA. Buat saya nama “Kuntowijoyo” setara dengan “Ronggowarsito”. Simpel tapi mendalam.

Dan benar..

Pak Kuntowijoyo membuat gagasan tentang “Ilmu Sosial Profetik” (ISP).  Profetik itu bersifat kenabian/ilahiah. Nah, Pak Kunto mengatakan bahwa ilmu sosial harus punya pijakan nilai profetik. Ngga cuma menjelaskan realita sosial tapi juga mengajak ke masyarakat yang bermakna. Makna apa? Ada 3 pilar ISP : humanisasi, liberasi, transendensi. 

Humanisasi. Memanusiakan manusia. 
Humanisasi menurut Pak Kunto bukan yang “selfish”. Manusia itu bukan pusat dunia. Tapi berpijak pada yang mencipta manusia (Tuhan) untuk kemanusiaan. Istilah manusia sebagai pusat dunia (antroposentrisme) sendiri, muncul sejak abad pertengahan di Eropa. Awalnya sebagai “perlawanan” dominasi gereja. Sejak itu, antroposentrisme muncul buat menyenangkan akal, pikiran, dan nafsu manusia. Sejarah eksploitasi alam dan manusia dimulai. Efeknya adalah muncul kesenjangan sosial & ekonomi. Ada tautan menarik soal gap sosial. Videonya di sini

Liberasi. Membebaskan manusia berdasar nilai profetik
Membebaskan dari apa? Dari kemiskinan struktural, misalnya. Sejak abad pertengahan, manusia mulai memandang agama sebagai hal konservatif. Kolot. Sejak itu, kita dikenalkan dengan -Isme era revolusi industri (kapitalis) sampai kemunculan Fidel Castro (Sosialis). Struktur dasarnya materi. 
Buat saya, konsep (agama) Islam justru canggih banget. Super struktur. Konsep wakaf, misalnya. Yang paling menarik adalah konsep meminimalisir pemusatan kekayaan pada individu. Sesuai pesan Allah SWT: “Agar harta itu tak hanya beredar di kalangan kaya di antara kalian saja” (QS. Al Hasyr 59:7). Wakaf berbeda dengan sedekah/infaq. Artikel tentang tabung wakaf bisa dilihat di sini. 

Transendensi. Bersikap berdasarkan keimanan.
Kalau antroposentrisme cenderung ingin menguasai hidup. Transendensi mengajak berpikir kritis, hidup itu buat apa? ngga cuma menjalani saja, tapi maknanya apa? Jadi, manusia dilihat bukan dari materi semata tapi juga nilai-nilai yang diajarkan oleh nabi. Nggak sekadar “mindfulness” tapi juga mengaplikasikan dalam keseharian. 

Kesadaran (Superstruktur/Tuhan) diatas material (struktur).

Perjalanan ke Sukabumi, minggu lalu, semakin menyadarkan saya, betapa canggihnya “super struktur” dalam ilmu sosial profetik. Ada manusia yang memaknai lahan sebagai tabungan amal sampai di akhirat. Aplikasinya berupa tanah untuk Pesantren Tahfizh Green Lido (PTGL), yang dikelola tim Tabung Wakaf Dompet Dhuafa, yang sedang dibangun di lahan seluas 2 hektar. Saat ini, para santri Tahfizh berkegiatan sesuai kurikulum dalam ruangan di bangunan Masjid As-Saadah. Ada juga kegiatan luar ruang, belajar bertani di “greenhouse”, misalnya. 

Keren!

Video grafis tentang Pesantren Tahfizh Green Lido (PTGL) bisa dilihat di kanal saya

Jakarta, 22 Agustus 2025

Thanks brader Fajar. Hakim dan Kak Dini dari Dompet Dhuafa

#mugibagja #dompetdhuafa #graphicrecording #graphicrecorder #livesketching #tabungwakaf #wakaf








 

Komentar

Most Popular