Cerita Dapur Umum di Palu: Dari Lembah Poso Sampai Mesopotamia (2)


Rekam grafis tentang mitigasi bencana gempa Palu

Danau Lindu, Sigi. 

Suasana diskusi dengan Bang Iksam, sejarawan

Rekam grafis tentang teori penyebaran budaya Austronesia


"Jangan kaget bila kita mendarat di bandara salah satu negara kepulauan di Pasifik, kita akan mendengar kemiripan bahasa penduduk disana dengan Sulawesi tengah," kata Bang Iksam, sejarawan.
.
Bang Iksam merujuk pada teori Dr. Stephen Oppenheimer, dokter ahli genetik, dalam bukunya yang berjudul “Eden in the East.” Dalam buku itu, Dr. Oppenheimer menyebutkan migrasi pertama terjadi 6000 tahun yang lalu. Dari Sulawesi ke Papua Nugini, kepulauan Bismarck, dan Kep. Admiralty. Kemudian terjadi migrasi yang kedua. Dimulai 3500 tahun yang lalu. Menyebar ke barat (dataran Asia) dan timur (seluruh Pasifik.) Hal itu yang menyebabkan penyebaran budaya neolitikum (zaman batu muda)  seperti : peralatan batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan kerbau (awal mula domestifikasi hewan ternak), dan pembuatan tembikar. Lokasinya menyebar mulai dari China, India, dan Mesopotamia. Khusus budaya Mesopotamia (kebudayaan yang muncul diantara sungai Eufrat dan Tigris di Irak), bagi Oppenheimer, orang Sumeria (salah satu budaya Mesopotamia) itu berciri fisik Asia Tenggara : bermuka lebar dan wajah oriental. Bukti lainnya diambil dari cerita rakyat (folklore) legenda Babilonia. Cerita ini berkisah tentang kerajaan Babilonia kedatangan 7 orang bijak dari timur (Asia Tenggara) yang membawa berbagai keterampilan dan pengetahuan baru.
.
“Ada persamaan juga dari segi bahasa di Negara kepulauan Pasifik dengan Sulawesi,” kata Bang Iksam. “Diperkirakan bahasa Austronesia dari Sulawesi menyebar sejak 3000 tahun yang lalu ke berbagai penjuru dunia. Kepulauan Pasifik, diantaranya. Penyebarannya meluas hingga ke Korea, Tibet, China, India, Baluchistan, Kurdistan, Srilanka, dan Australia,” katanya.
.
Awal mula kebudayaan tua di Sulawesi dapat ditelusuri dari situs Lembah Besoa di lembah Poso yang dibuat sekitar 3515 tahun yang lalu. Salah satu peninggalannya adalah batu dengan motif mirip batik. Selain itu ada juga situs Watu Mpoga`a atau batu perpisahan yang berlokasi di Tentena. Situs ini berupa kumpulan batu yang disusun melingkar (disarankan membaca tentang budaya Pompona untuk mengetahui detail situs ini). "Diperkirakan karena kondisi Sulawesi yang rentan gempa dan tsunami membuat para nenek moyang berpindah ke daerah lain," kata Bang iksam. Cerita tentang penyebaran nenek moyang ini diabadikan oleh kesenian tradisional berbentuk sastra lisan bernama Kayori.
.
Layaknya para musafir, para nenek moyang dari Sulawesi (tengah) ini membawa budaya asal ke daerah tujuan. Dari segi bangunan, misalnya : ada persamaan antara bangunan bertiang tinggi di daerah Kabupaten Sigi, Sulawesi tengah, dengan Rumah Korowei di Papua. Persamaan lain ditemukan pada bentuk atap bangunan tradisional di daerah Sepik, Papua Nugini dengan bentuk perahu di pulau Orchid (Pulau Lan Yu, sebutan oleh negara China) dekat Taiwan. rekam jejak tsunami paling tuapun tercatat lewat peninggalan fosil hewan laut di daratan. Penanda bahwa di zaman paleontologi pernah terjadi banjir besar melanda Sulawesi Tengah.
.
Pengalaman ribuan tahun menghadapi gempa dan tsunami diabadikan oleh nenek moyang melalui nama tempat atau cerita lisan. Contohnya adalah cerita lisan orang Mentawai, yang leluhurnya masih termasuk rumpun Austronesia (konon berasal dari Sulawesi.) “Bila katak tidak berbunyi dan hawa panas yang tak biasa, maka kita harus waspada gempa. Ada juga istilah “Kinta” dari bahasa Kaili yang berarti “tanah untuk rumah" (kamus Kaili, Donna Evans) atau "Kampung kecil" (kata Nurlaela Lamasitudju). Menurut Bang Iksam,  Kinta ini berarti kebun kecil yang aman buat dihuni. "Kalau bisa hindari membuat rumah/pemukiman di atas sungai purba," katanya. Pengalaman bencana pula yang menciptakan kosakata lokal, "Nalodo," misalnya, yang kurang lebih berarti "likuifaksi”
.
Palu, 2018 

#mugibagja #graphicrecorder #Palu 





Komentar

Most Popular